Mendiagnosa
Aksi 4 November Dari Berbagai Aspek Sosiologi
Pada
tanggal 4 november 2016, telah terjadi peristiwa aksi demo besar-besaran yang
dilakukan oleh para demonstran islam. Aksi demo ini terjadi, dipicu oleh
kekesalan para masyarakat yang mayoritas islam atas dugaan penistaan agama yang
dilakukan oleh gubernur petahana Basuki Tjahaja Purnama (Ahok). Diduga tindakan
yang dilakukannya tidak sesuai, karena ahok sendiri beragama non-muslim dan
tidak memahami isi kandungan dari Al-Qur’an surat Al-Maidah ayat 51 itu
sendiri.
Kali
ini kami akan membahasnya melalui beberapa aspek sosioogi, yang dapat dilihat
dari:
a.
Kelompok
Sosial
Pada
peristiwa aksi 4 november demonstrasi yang terjadi secara besar-besaran, termasuk
ke dalam salah satu kelompok sosial yaitu: kelompok Informal-Sekunder. Kelompok
sosial yang umumnya informal namun keberadaannya bersifat sekunder. Kelompok
ini bersifat tidak mengikat, tidak memiliki aturan dan struktur yang tegas
serta dibentuk dengan sesaat untuk suatu pusat perhatian atau kepentingan yang
sama, bahkan bisa terbentuk walaupun memiliki tujuan-tujuan kurang jelas.
Contoh kelompok ini adalah kelompok demi aksi damai pada 4 november 2016.
b.
Strata
Sosial
Dalam
kegiatan aksi damai, yang terjadi pada 4 november 2016 yang diselenggarakan
oleh para demonstran. Aksi ini diikuti oleh berbagai macam lapisan-lapisan yang
ada di masyarakat. Mulai dari yang berprofesi sebagai buruh, sampai kepada
pegawai swasta, hingga pegawai negeri sipil (PNS). Lapisan sosial menunjukkan
bahwa masyarakat memiliki strata, mulai dari yang terendah, sampai yang paling
tinggi. Lapisan masyarakat ini (pendemo), turun ke jalan dengan melakukan aksi
demo, dipicu oleh kepentingan masyarakat mengeai klasifikasi dari kasus
penistaan yang dilakukan oleh gubernur petahana Basuki Tjahaja Purnama (Ahok).
Masyarakat kalangan bawah (demostran) menuntut kepada masyarakat kalangan atas
(Basuki Tjahaja Purnama) Ahok, untuk menyatakan permintaan maafnya dan bersedia
berdamai untuk tidak melakukan penistaan agama.
c.
Perubahan
Sosial
Dalam
kasus penistaan agama yang dilakukan oleh gubernur petahana Basuki Tjahaja
Purnama (Ahok) pada 27 september 2016, hingga berujung pada aksi damai para
demonsran pada tanggal 4 november 2016. Dalam peristiwa ini, banyak perubahan
sosial yang terjadi. Dari semua unsur-unsur budaya, hingga sistem-sistem yang
ada. Biasanya dalam aksi demo selalu terjadi tindakan anarkisme dan perusakan
peralatan umum di jalan raya, tetapi pada demo yang terjadi pada 4 november
2016 telah mengalami perubahan pola pikir masyarakat. Sehingga demo berjalan
tertib hingga usai waktu malam, hanya saja ada beberapa oknum yang melakukan
perusakan. Akan tetapi, setelah demo selesai dan mulai pulang ke daerahnya
masing-masing, masih ada pendemo yang melakukan aksi bersih-bersih sampah
mereka di jalan raya.
Pola
pikir masyarakat berubah, perubahan-perubahan sosial ini dibuktikan dengan
adanya kejadian yang terjadi pada 27 september. Masyarakat yang semula
berbicara tanpa pikir panjang (asal berbicara), mulai kali ini lebih
berhati-hati dalam perkataan yang mereka ucapkan.
d. Komunikasi
massa
Pada
kasus yang terjadi pada 4 november 2016 tenteng aksi demonstrasi besar-besaran
menuntut agar Basuki Tjahaja purnama (Ahok), dapat segera diproses dan ditindak
pidana atas kasus adanya dugaan penistaan agama yang dilakukannya. Dalam setiap
informasi dan pemberitaan-pemberitaan yang dimuat berdasarkan komponen-komponen
media massa, seperti media cetak, media elektronik, maupun media digital.
pemberitaan-pemberitaan yang muncul adalah bentuk komunikasi massa dengan
berbagai tujuan dan untuk menyampaikan informasi kepada khalayak.
Dalam
kasus ini, menggunakan media massa seperti: televisi, radio siaran, koran atau
majalah, maupun artikel web yang penyampaian informasinya bersifat satu arah
serta respons yang diberikan pun tidak langsung diterima.
Nama : Joko Bimo Prawiro Setyo
NPM : C1021511RB1013
Prodi : Ilmu Komunikasi
NPM : C1021511RB1013
Prodi : Ilmu Komunikasi
0 komentar:
Posting Komentar